Senin, 21 November 2011

MAKALAH PKN

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Era globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan, dalam hal ini pendidikan tinggi, untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu berperan secara global. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan Tinggi sebagai bagian integral dari kehidupan bangsa dan Negara, memegang peranan dalam mengisi kehidupan bangsa dan negara dalam berbagai bidang, melalui penyediaan tenaga ahli.
Pendidikan yang dilakanakan di Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman.Pembekalan kepada peserta didik di Indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai, sikap dan kepribadian yang sesuai dengan Pancasila dan Konstitusi negara, menumbuhkan sikap cinta tanah air, sera berwawasan kebangsaan yang luas, diandalkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi sekolah mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.
Kewarganegaraan dalam bahasa latin disebutkan “Civis”, selanjutnya dari kata “Civis” ini dalam bahasa Inggris timbul kata ”Civic” artinya mengenai warga negara atau kewarganegaraan. Dari kata “Civic” lahir kata “Civics”, ilmu kewarganegaraan dan Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan.
Di Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan yang searti dengan “Civic Education” itu dijadikan sebagai salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa di Perguruan Tinggi untuk program diploma/politeknik dan program Sarjana (SI), baik negeri maupun swasta.
Di dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dipakai sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajin memuat a) Pendidikan Pancasila, b) Pendidikan Agama, dan c) Pendidikan Kewarganegaraan yang mencakup Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN).
Pendidikan Kewarganegaraan yang dijadikan salah satu mata kuliah inti sebagaimana tersebut di atas, dimaksudkan untuk memberi pengertian kepada mahasiswa tentang pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dengan nengara, serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bekal agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (SK Dirjen DIKTI no.267/DIKTI/Kep/2000 Pasal 3).
Melihat begitu pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan atau Civics Education ini bagi suatu Negara maka hampir di semua Negara di dunia memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan yang mereka selenggarakan. Bahkan Kongres Internasional Commission of Jurist yang berlangsung di Bangkok pada tahun 1965, mensyaratkan bahwa pemerintahan suatu negara baru dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang demokratis manakala ada jaminan secara tegas terhadap hak-hak asasi manusia, yang salah satu di antaranya adalah Pendidikan Kewarganegaraan atau ”Civic Education”. Hal ini dapat dimaklumi, karena dengan dimasukkannnya ke dalam sistem pendidikan yang mereka selenggarakan, diharapkan warga negaranya akan menjadi warga negara yang cerdas dan warga negara yang baik (smart and good citizen), yang mengetahui dan menyadari sepenuhnya akan hak-haknya sebagai warga negara, sekaligus tahu dan penuh tanggung jawab akan kewajiban dirinya terhadap keselamatan bangsa dan negaranya. Dengan demikian diberikannya Pendidikan Kewarganegaraan akan melahirkan warga negara yang memiliki jiwa dan semanagt patriotisme dan nasionalisme yang tinggi.
Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan termasuk salah satu mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK), dimana kelompok mata kuliah ini merupakan pendidikan umum yang sifatnya sangat fundamental/mendasar. Mengingat begitu pentingnya peran penting Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan bagi pembentukan kepribadian tiap warga Negara Indonesia, maka perlu diterapkan satu model pembelajaran yang tepat didalamnya.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan dikaji dalam maklah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan dan fungsi Mata kuliah PKN Terhadap Pembentukan Perilaku Mahasiswa Indonesia ?
2. Bagaimana kedudukan Pendidikan kewarganegaraan dalam sistem pendidikan Nasional di Indonesia ?
3. Mengapa dikembangkannya Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan di Perguruan Tinggi ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan dan fungsi mata kuliah pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan perilaku mahasiswa Indonesia, dan mahasiswa diharapkan dapat mewujudkan dan menumbuhkan etika dan tingkah laku yang positif setelah mengetahui pentingnya Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. . Namun secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.





BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang bersifat cerdas dan penuh rasa tanggung jawab dari mahasiswa dengan beberapa perilaku, yaitu:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa Indonesia.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia.
3. Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara NKRI diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasionalnya sebagaimana yang digariskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi setiap warga negara NKRI pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya harus tetap pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam perjuangan non fisik sesuai dengan profesi masing-masing di dalam semua aspek kehidupan.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang empirik maupun yang non empirik, yang berupa wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedang objek formalnya adalah mencakup dua segi, yaitu:
1.Segi hubungan antara warga negara dengan negara (termasuk hubungan antara warga negara).
2. Segi pembelaan negara.
Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No.267/Dikti/Kep/2000, pokok-pokoknya adalah sebagai berikut:
1. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, mencakup:
a. Hak dan kewajiban warga Negara.
b. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
c. Demokrasi Indonesia.
d. Hak asasi manusia.
2. Wawasan nusantara.
3. Ketahanan nasional.
4. Politik dan strategi nasional.
Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting dalam pembentukan perilaku Mahasiswa Indonesia dengan dimasukkannnya ke dalam sistem pendidikan yang mereka selenggarakan, diharapkan warga negaranya akan menjadi warga negara yang cerdas dan warga negara yang baik (smart and good citizen), yang mengetahui dan menyadari sepenuhnya akan hak-haknya sebagai warga negara, sekaligus tahu dan penuh tanggung jawab akan kewajiban dirinya terhadap keselamatan bangsa dan negaranya. Dengan demikian diberikannya Pendidikan Kewarganegaraan akan melahirkan warga negara yang memiliki jiwa dan semanagt patriotisme dan nasionalisme yang tinggi.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan ( civic education ) yang dilakukan oleh berbagai negara mengarah dan bertujuan agar warga negara bangsa tersebut mendalami kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling fondamental ( dasar negara ) yang dianut bangsa yang bersangkutan. Sejalan dengan kenyataan tersebut pada hakekatnya PKn yang merupakan salah satu bagian dari matakuliah kepribadian harus mengedepankan aspek afektif dikalangan mahasiswa.
Landasan filosofis dan harapan di atas, kemudian perlu dicari relevansinya dengan kondisi dan tantangan kehidupan nyata dalam masyarakat, agar Pendidikan Kewarganegaraan mampu memberikan kontribusi yang posiif bagi pemecahan permasalahan kemasyarakatan yang sedang dan akan dihadapi suatu bangsa atau masyarakat. Oleh karena itu apapun bentuk Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembanmgkan di berbagai bangsa sangat perlu mengembangkan nilai-nilai fondamental bangsa ( masyarakat ) tersebut sesuai dengan dinamika perubahan sosial, agar nilai-nilai fondamental tersebut menemukan relevansinya untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap masalah-masalah masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dikembangkan di Indonesia seharusnya juga mampu menemukan kembali relevansi nilai-nilai fondamental masyarakat dengan dinamika sosial yang berubah secara cepat. Sehubungan dengan itu pengajaran PKn tidak boleh hanya bermateri pada persoalan-persoalan kognitif semata, tetapi harus memberikan sentuhan moral and social action. Sentuhan moral dan social action ini justru harus mendapat perhatian yang lebih besar, agar pengajaran PKn mampu menuju sasaran dan tujuannya, yaitu untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
Sesungguhnya pada saat pendiri Republik menetapkan pasal 31 ayat (2) UUD 1945 yang mewajibkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional”, dimaksudkan agar pendidikan dirancang, terutama pendidikan sekolah, untuk melahirkan warganegara Indonesia yang mendukung berkembangnya bangsa yang cerdas kehidupannya. Dengan kata lain pendidikan nasional hakekatnya adalah pendidikan kewarganegaraan agar dilahirkan warga negara Indonesia yang berkualitas baik dalam disiplin, baik disiplin sosial maupun disiplin nasional, dalam etos kerja, dalam produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual, kemampuan profesional/atau vokasional, dalam rasa tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan dan kemanusiaan, serta dalam moral, karakter dan kepribadian. Manusia berkualitas seperti inilah yang diharapkan dihasilkan oleh proses pendidikan di sekolah. Dan atas dasar persepsi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan manusia yang berkualitas seperti inilah, mengapa senator John F Kennedy (1957) dan para Gubernur di Amerika Serikat mamandang bahwa keberhasilan Amerika Serikat dalam persaingan global ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran yang dialami peserta didik di sekolah. Secara empirik dan teoretik sejak industrialisasi, sekolah adalah lembaga sosial yang difungsikan untuk mendukung dan membangun negara peradaban, dan pendidikan nasional adalah berfungsi membangun negara bangsa.
Dalam pandangan kelompok kami , yang menentukan kemampuan sistem pendidikan nasional suatu negara menghasilkan manusia berpendidikan yang mampu mendukung lahirnya negara bangsa yang kuat, disamping mutu proses pembelajarannya yang bermakna sebagai proses pembudayaan berbagai kemampuan, nilai, dan sikap, adalah manajemen dan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dari segi pembiayaan inilah akan menyoroti dampaknya kepada pembangunan loyalitas dan kebanggaan warga bangsa kepada negara bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan dalam pendidikan di perguruan tinggi karena merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan dalam rangka mengembangkan atau menumbuhkan kesadaran, kecintaan, kesetiaan dan keberaniannya untuk berkorban demi membela bangsa dan negaranya. Serta bertujuan agar warga negara bangsa tersebut mendalami kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling fondamental ( dasar negara ) yang dianut bangsa yang bersangkutan.






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (civic Education) adalah usaha sadar untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan menumbuhkan sikap serta wawasan kebangsaan, cinta tanah air yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan konstitusi negara. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bukanlah mata kuliah yang baru, karena sudah ada sejak dulu, hanya perubahan nama dan istilah yang digunakan mengalami perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah. Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dan di Perguruan Tinggi merupakan salah satu cara penanaman nilai-nilai fundamental bangsa. Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan akan melahirtkan warga negara yang baik dan betanggungjawab, karena kualitas warga negara tergantung terutama pada keyakinan dan pegangan hidup mereka dalam bermasyarakat , berbangsa dan bernegara, disamping pada tingkat serta mutu penguasaannya atas ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


3.2 Saran
Perlu ditingkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya peran Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai sarana peningkatan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme sebagai generasi penerus bangasa Indonesia.

makalah organisme tanah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, seperti di dalam tanah, lingkungan akuatik, atmosfer, dibawa arus udara dari permukaan bumi ke lapisan atmosfer, dari puncak gunung dan di dasar lautpun mungkin dijumpai. Mikroorganisme hidup jika berada pada kondisi yang sesuai, yaitu mendapatkan cukup makanan, kelembaban, dan suhu. Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan abiotik dan biotik dari suatu ekosistem karena perannya sebagai pengurai.
Beberapa organisme tanah mampu meningkatkan kesuburan tanah melalui hasil samping yang dihasilkan, seperti organism pelarut fosfat ataupun penambat N-bebas yang hidup bebas/soliter ataupun yang hidup bersimbiose secara mutualistis dengan tanaman. Benang-benang miselium/hifa dari jamur benang (fungi) juga dapat mengikat agregat-agregat tanah untuk saling berikatan, sehingga tidak mudah rusak dan tahan terhadap tekanan fisik/ erosi. Fauna tanah yang hidup di dalam tanah dengan menggali lubang dan mencampur tanah dapat memperbaiki aerasi dan kesuburan tanah. Sebaliknya juga terdapat organisme tanah yang merugikan tanaman, seperti organisme hama ataupun penyakit tanaman. Untuk itu selektivitas dalam pemberdayaan organisme tanah sesuai dengan yang diharapkan perlu diperhatikan, agar nilai manfaat dari aktivitas organisme target tersebut dapat membantu memperbaiki produktivitas tanah.
Bagian terbesar dari sebuah ekosistem adalah kumpulan tetumbuhan dan binatang yang secara bersama - sama membentuk suatu masyarakat tumbuhan yang dinamakan dengan komunitas. Komunitas terdiri atas berbagai organisme yang saling berhubungan pada suatu daerah tertentu. Kesatuan dari berbagai organisme itu bisa menjadi perwakilan dari suatu tipe komunitas ataupun ekosistem tertentu yang memiliki karakteristik tertentu, sehingga menjadi pembeda antara satu komunitas atau ekosistem yang lainnya. Hubungan antara organisme yang satu dengan yang lainnya dan dengan suatu komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit), dan bersifat timbal balik. Tipe dan karakteristik ekosistem dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman hayati.
Salah satu jenis ekosistem yaitu ekosistem karet. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila masa bera berlangsung cukup lama,maka struktur komunitas dan komposisi vegetasi yang terbentuk bisa mendekati stuktur dan komposisi hutan alami. Namun, petani seringkali membuka belukar tetapi tidak untuk dijadikan ladang kembali, melainkan untuk dijadikan agroforest, sawah, atau perkebunan. Salah satu contoh agroforest adalah agroforest karet, dengan tanaman utama adalah karet. Karet ditanam di ladang setelah penanaman padi dan tumbuh bersama jenis-jenis lainnya.
Beberapa tipe lahan memiliki berbagai fungsi ekologis, terutama dalam menyimpan keanekaragaman hayati. Belukar merupakan lahan yang diberakan dan mengalami suksesi dengan masuknya jenis-jenis tumbuhan secara alami mulai dari komponen pionir hingga suksesi lanjut. Begitu juga dengan agroforest karet, proses pembuatan agroforest karet yang memiliki masa bera selama 8-10 tahun, mampu menumbuhkan jenis-jenis tumbuhan liar di sela-sela pohon karet.
Beberapa penelitian yang dilakukan seperti penelitian Michon dan de Foresta (1995), menyatakan bahwa agroforest karet bisa menyerupai vegetasi hutan karena jenis tumbuhan selain karet dibiarkan hidup dan menampung jenis-jenis yang berasal dari hutan. Selain itu, keanekaragaman jenis anakan pohon di agroforest dapat mendekati keanekaragaman pohon di hutan, sehingga sangat berpotensi untuk menjadi habitat bagi tumbuhan dan hewan.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui keberadaan organisme tanah yang terdapat dalam vegetasi karet. Serta dapat mengetahui peranan karet sebagai habitat bagi organisme tanah. Namun secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Organisme Tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Sedangkan menurut Setiawan (2000) tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi antara 15 – 30 m. Perakarannya cukup kuat serta akar tunggangnya dalam dengan akar cabang yang kokoh. Pohonnya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.









Gambar 1. Bentuk pohon, daun, buah, biji dan kulit batang dari Hevea brasiliensis (Lorenzi, 2007
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun ( Anwar,2001)
Tingkat konservasi lahan dan keragaman hayati tinggi, serta fungsi orologisnya sangat baik setara dengan hutan sekunder, sehingga secara ekologis
sangat bermanfaat bagi lingkungan. Sistem tersebut juga memberikan diversifikasi sumber pendapatan bagi petani karet yaitu karet, pangan, kayu, buah-buahan, rotan, resin, dan obat-obatan tradisional. Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian ( tim penulis, 2008).
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal“ kerontokan daun pada setiap musim kemarau. Di musim rontok ini kebun karet menjadi indah karena daun – daun karet berubah warna dan jatuh berguguran (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Selanjutnya Nazarrudin dan Paimin (2006) menambahkan daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3 – 20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3 – 10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Sistematika
Menurut Nazarrudin dan Paimin (2006) dalam dunia tumbuhan karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
Masa pemberaan lahan memberikan variasi umur pada setiap lahan. Umur
lahan memengaruhi proses perubahan alami dan terarah yang teramati dari komposisi vegetasi, yang dikenal dengan istilah suksesi (Barbour et al., 1999). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila masa bera berlangsung cukup lama,
maka struktur komunitas dan komposisi vegetasi yang terbentuk bisa mendekati
stuktur dan komposisi hutan alami. Pada awalnya lahan yang diberakan akan membentuk belukar dan jika terus dibiarkan akan kembali menjadi hutan. Namun,
petani seringkali membuka belukar tetapi tidak untuk dijadikan ladang kembali,
melainkan untuk dijadikan agroforest, sawah, atau perkebunan. Salah satu contoh
agroforest adalah agroforest karet, dengan tanaman utama adalah karet. Karet ditanam di ladang setelah penanaman padi dan tumbuh bersama jenis-jenis lainnya.
Beberapa tipe lahan memiliki berbagai fungsi ekologis, terutama dalam menyimpan keanekaragaman hayati. Belukar merupakan lahan yang diberakan dan mengalami suksesi dengan masuknya jenis-jenis tumbuhan secara alami mulai dari komponen pionir hingga suksesi lanjut. Begitu juga dengan agroforestkaret, proses pembuatan agroforest karet yang memiliki masa bera selama 8-10 tahun, mampu menumbuhkan jenis-jenis tumbuhan liar di sela-sela pohon karet. Beberapa penelitian yang dilakukan seperti penelitian Michon dan de Foresta
(1995), menyatakan bahwa agroforest karet bisa menyerupai vegetasi hutan karena jenis tumbuhan selain karet dibiarkan hidup dan menampung jenis-jenis yang berasal dari hutan. Selain itu, van Noordwijk et al. (2008) menambahkan bahwa keanekaragaman jenis anakan pohon di agroforest dapat mendekati keanekaragaman pohon di hutan.







Vegetasi karet
Beberapa tipe lahan yang memiliki fungsi ekologis dan terdapat pada mosaik lansekap, sangat berpotensi untuk menjadi habitat bagi tumbuhan dan hewan. Sebagai contoh dalam penelitian Prasetyo (2007) menyatakan bahwa keberadaan ‘kebun’ (agroforest karet) dapat berperan dalam habitat organisme tanah.
Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah. Organisme tanah dikelompokan berdasarkan berbagai kategori, sebagai berikut: (1) Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (a) organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Contoh organisme tanah yang menguntungkan: 1. organisme tanah yang dapat menyumbangkan nitrogen ke tanah dan tanaman, yaitu: bakteri pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum, Azotobacter, dll), 2. organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat, yaitu: bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas) dan fungi pelarut fosfat, 3. organisme tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, yaitu: cacing tanah ( Madjid,2008) .
Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki kesuburan tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu pengendalian hama penyakit. Organisme tanah memerlukan makanan, oksigen, air, dan habitat yang layak untuk tumbuh. Petani dapat memperkaya organisme tanah dengan jalan menyediakan penutup tanah organic yang cukup, menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara drainase tanah yang baik, dan menghindari pengolahan tanah yang berlebihan.
Dibawah permukaan tanah terdapat satu dunia lain yang penuh dengan jasad hidup atau organisme tanah. Organisme tanah ini berfungsi sebegai tenaga kerja bagi para petani karena mereka membantu menyediakan ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman dan memperbaiki struktur tanah (Sutanto,2005).
Organisme tanah mendaur ulang (recycle) bahan organik dengan cara memakan bahan tanaman dan hewan yang mati, kotoran hewan dan organisme tanah yang lain. Mereka memecah bahan organik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga dapat dibusukkan oleh jasad renik seperti jamur dan bakteri. Ketika mereka memakan bahan organik, sisa makanan dan kotoran mereka dapat membantu perbaikan struktur dan kesuburan tanah(Sutanto,2005) .
Ketika organisme tanah memakan bahan organik atau makanan yang lain, sebagian hara yang tersedia disimpan didalam tubuh mereka dan hara yang tidak diperlukan, dikeluarkan didalam kotoran mereka (sebagai contoh, phosphor dan nitrogen). Hara di dalam kotoran orgnisma tanah ini dapat diserap oleh akar tanaman.
Sebagian organisme tanah membina hubungan simbiosis dengan akar tanaman dan dapat membantu akar tanaman menyerap lebih banyak unsur hara dibandingkan kalau tidak ada kerjasama dengan organisme tanah. Sebagai contoh adalah mycorrhiza, yang membantu tanaman untuk menyerap lebih banyak posfor, sedangkan rhizobia membantu tanaman untuk menyerap lebih banyak nitrogen.
Bahan sekresi dari organisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregate yang lebih besar. Contohnya, bakteri mengeluarkan kotoran yang berbentuk dan bersifat seperti perekat (organic gum). Jamur-jamuran memproduksi bahan berupa benang-benang halus yang disebut hifa. Zat perekat dari bakteri dan hifa jamur dapat mengikat partikel-partikel tanah secara kuat sehingga agregate tanah yang besar pun tidak mudah pecah walaupun basah. Agregate tanah yang besar tersebut dapat menyimpan air tanah dalam pori-pori halus di antara partikel-partikel tanah untuk digunakan oleh tanaman. Dalam keadaan air berlebihan, air dapat dengan mudah mengalir keluar melalui pori-pori besar diantara agregate–agregate tanah yang besar.
Organisme tanah yang lebih besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang-lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi (aliran udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase. Organisme tanah yang memakan organisme lain yang lebih kecil dapat menekan serangan hama penyakit dengan cara mengontrol jenis dan jumlah organisme di dalam tanah. Cacing tanah meningkatnya porositas tanah dan dapat menciptakan kondisi aerasi yang baik bagi perkembangan akar tanaman, sehingga penyerapan zat-zat hara menjadi lebih baik. Hal ini juga diduga karena pada perlakuan ini unsur hara, yaitu garam mineral yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N,P,K,Ca dan Mg terdapat dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Organisme tanah juga membutuhkan air dalam jumlah tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam tanah yang jenuh), mereka bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani dapat mengatur ketersediaan air didalam tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah. Aggergate tanah yang lebih besar dapat menyimpan air di dalam pori-pori halus, dan dapat mengeluarkan kelebihan air melalui pori-pori besar. Drainase yang cukup di lahan yang banjir juga dapat memperbaiki kondisi tanah untuk habitat organisme tanah.
Petani dapat mendukung kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk melindungi habitat organisme tanah dari bahaya kekeringan. Penggunaan mulsa juga dapat melindungi habitat mereka. Penggunaan mulsa organik dapat juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme tanah. Cara yang lain adalah dengan pengolahan tanah yang tepat guna. Pengolahan tanah yang berlebihan dapat merusak pori-pori tanah dimana orgnaisme tanah hidup.
Jumlah dan jenis serangga akan semakin meningkat pada komunitas yang memiliki kuantitas dan kualitas pakan yang sesuai dengan kebutuhan serangga. Antara vegetasi dan serangga terjadi hubungan yang dapat menstabilkan ekosistem hutan. Bila salah satu komponen terganggu maka akan mempengaruhi keberadaan komponen lainnya. Populasi serangga yang ditemukan pada kebun karet lebih kecil daripada serangga yang ada pada hutan sekunder dan kebun buah, hal ini terjadi diduga berkaitan dengan kondisi kebun karet yang hanya terdiri satu jenis saja sehingga menjadi faktor pembatas bagi ketersediaan pakan bagi serangga(Sutanto,2005) .
Populasi serangga yang ditemukan pada belukar muda campur alang-alang mempunyai angka yang lebih kecil dibandingkan ketiga tipe penggunaan lahan karet, hal ini juga diduga berkaitan dengan ketersediaan pakan bagi serangga sehingga sedikit sekali serangga yang menjadikan belukar muda campur alang-alang sebagai habitatnya. Hal ini didukung oleh pendapat Natawigena (1990) bahwa keanekaragaman jenis vegetasi memberikan sumbangan yang sangat penting bagi keberadaan serangga, karena serangga akan menghabiskan separuh siklus hidupnya pada suatu habitat yang dapat menyediakan sumber pakan dalam jumlah yang optimal sesuai kebutuhan. Disisi lain vegetasi dapat berperan sebagai habitat bagi serangga untuk berbagai aktivitas diantaranya sebagai tempat berlindung, tempat pembuatan sarang maupun tempat beristirahat.
Selain vegetasi sebagai sumber pakan, kehadiran serangga lain yang berperan sebagai mangsa bagi serangga yang bersifat predator dalam suatu habitat. Hasil analisa serangga menunjukkan bahwa jumlah maupun jenis serangga di beberapa tipe penggunaan lahan cukup bervariatif sehingga mempengaruhi aktivitas makan serangga yang bersifat predator. Misalnya serangga dari ordo Odonata akan bertindak sebagai predator terhadap serangga dari ordo Orthoptera, Lepidoptera (ngengat), serangga ordo Orthoptera bertindak sebagai predator terhadap serangga ordo Hemiptera (Whitecombe,2004) .
BAB III
PEMBAHASAN
Pada vegetasi karet terdapat banyak organisme tanah. Beberapa tipe lahan yang memiliki fungsi ekologis dan terdapat pada mosaik lansekap, sangat berpotensi untuk menjadi habitat bagi tumbuhan dan hewan. Keberadaan‘kebun’ (agroforest karet) dapat berperan dalam habitat organisme tanah.
Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki kesuburan tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu pengendalian hama penyakit. Organisme tanah memerlukan makanan, oksigen, air, dan habitat yang layak untuk tumbuh. Petani dapat memperkaya organisme tanah dengan jalan menyediakan penutup tanah organic yang cukup, menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara drainase tanah yang baik, dan menghindari pengolahan tanah yang berlebihan.
Keberadaan atau hilangnya suatu spesies organisme tanah akan memiliki pengaruh positif atau negatif yang luar biasa pada suatu lokasi. Kemampuan hidup organisme pada suatu lingkungan tergantung pada jenis organisme dan kondisi tanahnya seperti kelembaban, suhu, aerasi, pH tanah, ketesediaan makanan dan energi. Faktor itu pula yanag mempengaruhi penyebaran organisme dalam tanah. Kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi kehidupan organisme tanah vegetasi karet adalah pada lapisan seresah dan horison tanah di bagian bawahnya.
Banyak organisme di dalam tanah yang mampu meningkatkan ketersediaan hara tanah ataupun perbaikan sifat fisik-kimia tanah untuk pertumbuhan tanaman. Dengan diketahuinya faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman dan jenis organisme tanah native yang ada, maka upaya untuk memperbaiki daya dukung tanah untuk tanaman dapat dilakukan lebih mudah dan efektif dengan mengaktifkan peranan organisme tanah native ataupun introduksi yang mampu mengatasi permasalahan faktor pembatas pertumbuhan tanaman tersebut. Dengan memberikan kondisi habitat yang baik bagi aktivitas organisme tanah, maka pertumbuhan tanaman akan mampu tumbuh dengan baik.
Jumlah dan jenis serangga akan semakin meningkat pada komunitas yang memiliki kuantitas dan kualitas pakan yang sesuai dengan kebutuhan serangga. Antara vegetasi dan serangga terjadi hubungan yang dapat menstabilkan ekosistem hutan. Bila salah satu komponen terganggu maka akan mempengaruhi keberadaan komponen lainnya. Populasi serangga yang ditemukan pada kebun karet lebih kecil daripada serangga yang ada pada hutan sekunder dan kebun buah, hal ini terjadi diduga berkaitan dengan kondisi kebun karet yang hanya terdiri satu jenis saja sehingga menjadi faktor pembatas bagi ketersediaan pakan bagi serangga.
Faktor lain yang diduga juga berpengaruh terhadap populasi serangga adalah antara lain ketersediaan air yang umumnya diperoleh serangga melalui makanan yang mengandung air. Dengan tingginya jumlah vegetasi yang ada pada kebun karet, maka otomatis berpengaruh pada ketersediaan air bagi serangga.
Pada vegetasi karet baik pada permukaan tanah ataupun di dalam tanah organisme yang terdapat di dalamnya antara lain semut, kaki seribu, cecopet, kumbang, cacing tanah dan lain-lain. Pada kebun karet daun-daun yang berguguran dapat menjadi habitat organism tanah. Seresah yaitu tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan atau kebun. Serasah yang telah membusuk (mengalami dekomposisi) berubah menjadi humus (bunga tanah), dan akhirnya menjadi tanah. Lapisan serasah juga merupakan dunia kecil di atas tanah, yang menyediakan tempat hidup bagi berbagai makhluk terutama para dekomposer. Berbagai jenis kumbang tanah, lipan, kaki seribu, cacing tanah, kapang dan jamur serta bakteri bekerja keras menguraikan bahan-bahan organik yang menumpuk, sehingga menjadi unsur-unsur yang dapat dimanfaatkan kembali oleh makhluk hidup lainnya
Organisme tanah yang lebih besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang-lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi (aliran udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase. Organisme tanah yang memakan organisme lain yang lebih kecil dapat menekan serangan hama penyakit dengan cara mengontrol jenis dan jumlah organisme di dalam tanah. Cacing tanah meningkatnya porositas tanah dan dapat menciptakan kondisi aerasi yang baik bagi perkembangan akar tanaman, sehingga penyerapan zat-zat hara menjadi lebih baik. Hal ini juga diduga karena pada perlakuan ini unsur hara, yaitu garam mineral yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N,P,K,Ca dan Mg terdapat dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Cacing tanah memiliki bentuk simetris secara bilateral, memiliki segmen di bahagian luar. Tidak memiliki tulang dan cuticle (kulit) yang tipis berpigmen, memiliki setae pada semua segmennya kecuali pada 2 segmen pertama, dengan lapisan terluar mempunyai otot sirkuler (bundar) dan lapisan terdalam memiliki otot memanjang (longitudinal). Cacing tanah merupakan hewan hermaphrodite dan memiliki beberapa gonad yang terletak pada posisi segmen tertentu. Setelah dewasa, akan terjadi pembengkakkan pada epidermis yang disebut clitellum, terletak pada segmen tertentu yang akan membentuk cocoon.
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15 0 C-250 C.

Cacing tanah yang mati sebagai sumber makanan mikroorganisme tanah dan hara bagi tanaman, sehingga cacing tanah juga berperan meningkatkan jumlah populasi mikroba dan kesuburan tanah. Aktivitas cacing memperbaiki aerasi, dan mencampur antara tanah lapisan atas dan bawah, meningkatkan ruang pori dan menurunkan berat isi tanah.
Cacing tanah merupakan salah satu fauna tanah yang digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan dan kualitas (kesehatan) tanah. Kehadiran cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kehadirannya dipengaruhi kondisi tanah terutama kandungan bahan organik dan kelembaban tanah. Cacing tanah mempunyai kontribusi yang penting pada struktur tanah dan pembentukan agregat tanah. Bahan organik dan tanah masuk ke dalam pencernaan tanah kalsium, asam humat, bahan organik dan polisakarida akan melekat satu dengan lainnya dan membentuk kotoran cacing, dimana kotoran cacing tersebut lebih porous dan remah dan mempunyai banyak kelebihan seperti stabilitas terhadap hantaman air sangat kuat, ketersediaan hara tinggi, dan kemampuan menahan hara yang tinggi. Cacing dapat mengubah sifat fisik dan kimia tanah, memperlancar proses mineralisasi bahan organik, dan menstabilkan siklus hara.
Kendala Tingginya intensitas pengolahan tanah dan pemakaian pestisida banyak menekan populasi fauna tanah, termasuk cacing tanah, sehingga berakibat penurunan aerasi tanah dan konservasi bahan organik tanah, meningkatkan kepadatan tanah, populasi mikroorganisme tanah secara bertahap juga akan mengalami penurunan, terutama untuk mikroorganisme aerobik. Sementara mikroorganisme anaerobik juga mengalami hambatan sebagai akibat tidak adanya pasokan bahan organik dari lapisan atas.
Petani dapat mendukung kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk melindungi habitat organisme tanah dari bahaya kekeringan. Penggunaan mulsa juga dapat melindungi habitat mereka. Penggunaan mulsa organik dapat juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme tanah. Cara yang lain adalah dengan pengolahan tanah yang tepat guna. Pengolahan tanah yang berlebihan dapat merusak pori-pori tanah dimana orgnaisme tanah hidup.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada vegetasi karet terdapat banyak organisme tanah. Beberapa tipe lahan yang memiliki fungsi ekologis dan terdapat pada mosaik lansekap, sangat berpotensi untuk menjadi habitat bagi tumbuhan dan hewan. Keberadaan‘kebun’ (agroforest karet) dapat berperan dalam habitat organisme tanah.
2. Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki kesuburan tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu pengendalian hama penyakit.
3. Pada vegetasi karet baik pada permukaan tanah ataupun di dalam tanah organisme yang terdapat di dalamnya antara lain semut, kaki seribu, cecopet, kumbang, cacing tanah dan lain-lain.
4. Kendala Tingginya intensitas pengolahan tanah dan pemakaian pestisida banyak menekan populasi fauna tanah, termasuk cacing tanah, sehingga berakibat penurunan aerasi tanah dan konservasi bahan organik tanah.
5. Petani dapat mendukung kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk melindungi habitat organisme tanah dari bahaya kekeringan.

B. Saran
Dalam sebuah vegetasi pasti terdapat organisme tanah yang terdapat didalamnya untuk itu hendaknya para petani hendaknya dapat mengetahui bagaimana keadaan organism tanah yang terdapat di suatu vegetasi karet dan untuk mendukung kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka dengan begitu oragnisme tanah dapat berkembang baik dan dapat membantu petani dalam menyediakan bahan organic bagi tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2001. Budidaya Dan Pengolahan Karet. Jakarta : Gramedia
Barbour et al. 1999. The Indonesian Agroforest Model. Forest Resource
Management and Biodiversity Conservation. Dalam: Halday, P.
dan Gilmour, D.A. (editor) Conserving Biodiversity Outside Protected
Areas. Inggris : The Role of Traditional Agro-ecosystems.
Madjid.2008. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Tiga Serangkai
Prasetyo. 2008.Karet. Jakarta : Penebar Swadaya
Setiawan. Pemasaran Karet. Yogyakarta : Liberty
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Karnesius
Tim Penulis. 2008.Panduan Lengkap Karet.Jakarta: Penebar Swadaya
Van Noordwijk et al.2008. Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor: IPB.


















MAKALAH PRAKTIKUM ORGANISME TANAH
KEBERADAAN ORGANISME TANAH
PADA VEGETASI KARET








OLEH :
KELOMPOK : II
1. IBRAHIM WAHID ( 05101007120 )
2. LINA MARLINA ( 05101007109 )
3. SEPTENI ( 05101007112)





AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011

cerpen

Air dan Kehidupan
Sebagian alam yang sangat luas ini merupakan samudera luas yang penuh dengan air. Air merupakan kompenen penyusun utama di alam ini. Kehidupan akan sulit jika tidak ada air. Banyak sekali bentuk kehidupan (baik tanaman dan hewan) berada di air. Semua kehidupan di Bumi diyakini muncul dari air. Sebagian besar tubuh semua organisme yang hidup terdiri dari air. Sekitar 70 atau 90 persen bahan organik terdiri dari air. Di darat, ancaman kehidupan yang terbesar kekeringan yang ekstrim. Air sumber kehidupan, air adalah sumber kehidupan suluruh umat manusia. Bila tidak hujan maka kita akan mengalami kekeringan, kehausan, sampai akhirnya kematianpun meregang nyawa.
Air, dengannya kita bisa melakukan aktivitas keseharian. Hujan adalah pendukung mata air. Dan bila hujan datang, bersyukurlah dengan ‘mata air kehidupan’ terdalam, dengan rasa syukur yang tiada tara dan berdoalah agar ia menjadi rahmat bukan ahzab. Karena jika terjadi , kelangkaan dan kesulitan mendapatkan air bersih dan layak pakai menjadi permasalahan yang mulia muncul di banyak tempat dan semkin mendesak dari tahun ke tahun.
Sudah hampir tiga bulan ini tangisan langit seharusnya sudah dapat dirasakan sebagian besar di wilayah Indonesia, namun sungguh sangat disayangkan langit pun seakan tidak mau menangis sehingga persediaan air dalam kehidupan ini pun berkurang, air yang bersih sangat penting bagi kehidupan manusia dan alam sekitar, Di banyak tempat di wilayah Indonesia terjadi kekurangan persediaan air. Cuaca menjadi bertambah panas dari hari ke hari, sepertinya tidak ada tanda-tanda akan datangnya hujan. Orang-orang mulai merasa resah dengan keadaan ini, dan mereka pun mencari sumber air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan ini yang sangat dirasakan oleh Wagiman, ia berprofesi sebagai petani,ia harus pandai-pandai dalam mengatur strategi untuk memanfaatkan air pada kebun sayurannya. Semakin hari persediaan air semakin berkurang, ia berinisiatif untuk membuat sumur bor agar dapat mengairi kebun sayurnya agar bisa mendapat hasil yang berkualitas, tapi sungguh hal yang menyedihkan untuk membuat sumur bor memerlukan biaya yang sangat besar, sedangkan ia hanyalah petani miskin. Ia ingin meminjam uang, namun hutang-hutang sebelumnya belum ia bayar, ia pun bingung harus berbuat apa agar dapat kembali mengairi kebunnya kembali, aliran sungai yang airnya biasa ia gunakan untuk menyirami tanaman sayurannya pun mengering, air sumur pun mengering. Persediaan uangnya pun sudah mulai menipis karena selalu dipergunakan untuk membeli air agar kebun sayurnya dapat tumbuh dengan subur. Saat ini, air menjadi barang mewah bagi para petani.
Kehidupannya pun sangat memprihatinkan. Tinggal dua minggu lagi masa panen tiba. Namun, justru kecemasan yang datang melanda. Akankah ia gagal panen, keadaan itu sangat menyakitkan bagi seorang petani, apalagi petani miskin. Wagiman bingung dengan keadaan ini, ia telah berusaha untuk meminta air kepada para tetangganya untuk bias menyirami tanaman sayurnya, namun apa daya tetangganya pun memerlukan air untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, wagiman pun merasa malu jika harus meminta air terlalu sering ke tetangganya, karena semua orang sangat memerlukan air. Air sangat berperan penting dalam berlangsungnya kehidupan dialam ini. Digubuknya wagiman termenung melihat keadaan yang semakin hari sangat memprihatinkan, dan dilihatnya ada Koran diatas meja lalu ia membaca berita, kalau pemerintah akan mengadakan program hujan buatan, wagiman pun senang dengan kabar tersebut. Ia meloncat-loncat kegirangan setelah membaca berita tersebut, sambil berbicara hmmm akhirnya ku akan dapat memenuhi persediaan air untuk lahan kebun sayurku, tanpa harus mengaluarkan biaya yang cukup besar.
Karena mendengar kabar tersebut wagiman pun menghabiskan waktunya untuk menatapi langit dan menunggu datangnya hujan yang telah dijanjikan oleh pemerintah untuk membantu mengairi lahan-lahan perkebunan, namun hal yang sangat ditunggu-tunggu wagiman pun tak seindah yang ia harapakan, hujan buatan tersebut memang sudah diadakan, tapi sungguh sangat disayangkan hujan buatan tersebut diluar prediksi, hujan tersebut bukan turun di lahan perkebunan, melainkan di lingkungan industry. Wagiman pun merasakan kesedihan, karena harapannya pun hilang untuk bisa mengairi lahan kebun sayurnya. Sialan ungkap wagiman hujan yang kutunggu-tunggu ternyata tidak sesuai yang ku harapakan. Masa panen telah tiba namun hasil yang didapat wagiman tidak seperti biasanya, sayuran hasil panennya banyak yang tidak layak untuk di jual, sayurannya kerdil karena kekurangan air, wagiman pun harus merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Aku yang menjadi korban. Aku menderita. Aku yang sudah kesakitan. Aku yang menanggung seluruh kerugian.
Kelangkaan air sungguh ironis untuk kita supaya selalu menjaga dan melestarikan air demi kelangsungan hidup kita di masa depan. Untuk itu diperlukan peningkatan efisiensi dalam pemanfaatan sumber air yang ada sekarang. Pengelolaan air yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat pun sebenarnya telah banyak dilakukan di kota-kota besar. Pada akhirnya solusi untuk mengatasi krisis air akan terulang kembali kepada seluruh pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun sektor swasta. Diperlukan kerja sama yang kuat dan kemauan untuk bangkit bersama untuk mengatasi krisis ini.