Senin, 21 November 2011

cerpen

Air dan Kehidupan
Sebagian alam yang sangat luas ini merupakan samudera luas yang penuh dengan air. Air merupakan kompenen penyusun utama di alam ini. Kehidupan akan sulit jika tidak ada air. Banyak sekali bentuk kehidupan (baik tanaman dan hewan) berada di air. Semua kehidupan di Bumi diyakini muncul dari air. Sebagian besar tubuh semua organisme yang hidup terdiri dari air. Sekitar 70 atau 90 persen bahan organik terdiri dari air. Di darat, ancaman kehidupan yang terbesar kekeringan yang ekstrim. Air sumber kehidupan, air adalah sumber kehidupan suluruh umat manusia. Bila tidak hujan maka kita akan mengalami kekeringan, kehausan, sampai akhirnya kematianpun meregang nyawa.
Air, dengannya kita bisa melakukan aktivitas keseharian. Hujan adalah pendukung mata air. Dan bila hujan datang, bersyukurlah dengan ‘mata air kehidupan’ terdalam, dengan rasa syukur yang tiada tara dan berdoalah agar ia menjadi rahmat bukan ahzab. Karena jika terjadi , kelangkaan dan kesulitan mendapatkan air bersih dan layak pakai menjadi permasalahan yang mulia muncul di banyak tempat dan semkin mendesak dari tahun ke tahun.
Sudah hampir tiga bulan ini tangisan langit seharusnya sudah dapat dirasakan sebagian besar di wilayah Indonesia, namun sungguh sangat disayangkan langit pun seakan tidak mau menangis sehingga persediaan air dalam kehidupan ini pun berkurang, air yang bersih sangat penting bagi kehidupan manusia dan alam sekitar, Di banyak tempat di wilayah Indonesia terjadi kekurangan persediaan air. Cuaca menjadi bertambah panas dari hari ke hari, sepertinya tidak ada tanda-tanda akan datangnya hujan. Orang-orang mulai merasa resah dengan keadaan ini, dan mereka pun mencari sumber air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan ini yang sangat dirasakan oleh Wagiman, ia berprofesi sebagai petani,ia harus pandai-pandai dalam mengatur strategi untuk memanfaatkan air pada kebun sayurannya. Semakin hari persediaan air semakin berkurang, ia berinisiatif untuk membuat sumur bor agar dapat mengairi kebun sayurnya agar bisa mendapat hasil yang berkualitas, tapi sungguh hal yang menyedihkan untuk membuat sumur bor memerlukan biaya yang sangat besar, sedangkan ia hanyalah petani miskin. Ia ingin meminjam uang, namun hutang-hutang sebelumnya belum ia bayar, ia pun bingung harus berbuat apa agar dapat kembali mengairi kebunnya kembali, aliran sungai yang airnya biasa ia gunakan untuk menyirami tanaman sayurannya pun mengering, air sumur pun mengering. Persediaan uangnya pun sudah mulai menipis karena selalu dipergunakan untuk membeli air agar kebun sayurnya dapat tumbuh dengan subur. Saat ini, air menjadi barang mewah bagi para petani.
Kehidupannya pun sangat memprihatinkan. Tinggal dua minggu lagi masa panen tiba. Namun, justru kecemasan yang datang melanda. Akankah ia gagal panen, keadaan itu sangat menyakitkan bagi seorang petani, apalagi petani miskin. Wagiman bingung dengan keadaan ini, ia telah berusaha untuk meminta air kepada para tetangganya untuk bias menyirami tanaman sayurnya, namun apa daya tetangganya pun memerlukan air untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, wagiman pun merasa malu jika harus meminta air terlalu sering ke tetangganya, karena semua orang sangat memerlukan air. Air sangat berperan penting dalam berlangsungnya kehidupan dialam ini. Digubuknya wagiman termenung melihat keadaan yang semakin hari sangat memprihatinkan, dan dilihatnya ada Koran diatas meja lalu ia membaca berita, kalau pemerintah akan mengadakan program hujan buatan, wagiman pun senang dengan kabar tersebut. Ia meloncat-loncat kegirangan setelah membaca berita tersebut, sambil berbicara hmmm akhirnya ku akan dapat memenuhi persediaan air untuk lahan kebun sayurku, tanpa harus mengaluarkan biaya yang cukup besar.
Karena mendengar kabar tersebut wagiman pun menghabiskan waktunya untuk menatapi langit dan menunggu datangnya hujan yang telah dijanjikan oleh pemerintah untuk membantu mengairi lahan-lahan perkebunan, namun hal yang sangat ditunggu-tunggu wagiman pun tak seindah yang ia harapakan, hujan buatan tersebut memang sudah diadakan, tapi sungguh sangat disayangkan hujan buatan tersebut diluar prediksi, hujan tersebut bukan turun di lahan perkebunan, melainkan di lingkungan industry. Wagiman pun merasakan kesedihan, karena harapannya pun hilang untuk bisa mengairi lahan kebun sayurnya. Sialan ungkap wagiman hujan yang kutunggu-tunggu ternyata tidak sesuai yang ku harapakan. Masa panen telah tiba namun hasil yang didapat wagiman tidak seperti biasanya, sayuran hasil panennya banyak yang tidak layak untuk di jual, sayurannya kerdil karena kekurangan air, wagiman pun harus merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Aku yang menjadi korban. Aku menderita. Aku yang sudah kesakitan. Aku yang menanggung seluruh kerugian.
Kelangkaan air sungguh ironis untuk kita supaya selalu menjaga dan melestarikan air demi kelangsungan hidup kita di masa depan. Untuk itu diperlukan peningkatan efisiensi dalam pemanfaatan sumber air yang ada sekarang. Pengelolaan air yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat pun sebenarnya telah banyak dilakukan di kota-kota besar. Pada akhirnya solusi untuk mengatasi krisis air akan terulang kembali kepada seluruh pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun sektor swasta. Diperlukan kerja sama yang kuat dan kemauan untuk bangkit bersama untuk mengatasi krisis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar